Monday 16 March 2015

Adab Ziarah Dalam Islam



Saling mengunjungi (berziarah) sesama kaum muslimin memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menguatkan hubungan, menambah rasa cinta, serta mempererat persatuan dan keterkaitan di antara mereka. Berziarah juga memiliki keutamaan yang besar apabila dilakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala atau untuk menyambung tali silaturrahim. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang muslim mengetahui petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam berkunjung agar ia tidak terjatuh dalam kekeliruan dan kesalahan. Adapun di antara petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berkunjung tersebut sebagai berikut:

1. Berniat yang Baik
Apabila seseorang hendak mengunjungi saudaranya, maka yang wajib dilakukan pertama kali adalah mengikhlaskan niat semata-mata hanya karena Allah Ta’ala. Jangan sekali-kali ia meniatkan hanya karena ada tendensi duniawi semata, karena temannya tersebut memiliki harta, jabatan, kedudukan di masyarakat misalnya atau hal-hal lain, sehingga tujuan berkunjungnya ke tempat orang tadi untuk mendapatkan sedikit cipratan dari apa yang diinginkan hawa nafsunya. Maka niatkan ikhlas karena Allah Ta’ala, dasarilah kecintaan kita kepadanya karena Allah Ta’ala dan karena ketaatannya kepadaNya, bukan karena harta, jabatan, kedudukan yang dimilikinya. Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bahwasanya seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kampung lain, maka Allah mengutus seorang Malaikat kepadanya dalam perjalanannya. Ketika telah bertemu, Malaikat itu berkata kepadanya “Kemana engkau hendak pergi?” Ia menjawab, “ Aku ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini” Malaikat itu berkata lagi, “ Adakah bagimu satu nikmat yang hendak engkau kejar?” Ia menjawab,“ Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah” Malaikat itu pun berkata lagi,“Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.” (HR.Muslim)

2. Tidak Terlalu Sering Berkunjung (ziarah) Hingga Berlebihan
Janganlah terlalu sering berkunjung (berziarah) agar orang yang dikunjungi tidak menjadi bosan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berkunjunglah sesekali atau sekali waktu niscaya kalian akan saling mencintai” (HR. al-Baihaqi, al-Bazzar, dan ath-Thabrani)

3. Memilih Waktu yang Tepat untuk Berkunjung.
Hendaknya seorang pengunjung memilih waktu yang tepat ketika berkunjung. Tentu tidak layak seseorang mengunjungi orang lain pada pagi buta, tengah hari ataupun larut malam. Karena, waktu-waktu itu adalah waktu untuk tidur dan beristirahat, bukan waktu yang tepat untuk berkunjung. Atau waktu-waktu orang yang akan dikunjungi pada saat itu sedang sibuk atau tidak berkenan untuk diganggu. Terkecuali ada kepentingan yang mendesak atau seseorang telah meminta izin atau mengadakan perjanjian sebelumnya untuk berkunjung pada waktu tersebut.

4. Menjaga Adab-Adab Isti’dzan (Meminta Izin)
Hendaknya orang yang berziarah menjaga adab-adab beristi’dzan (meminta izin). Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akhlak Islami. Di antara adab-adabnya adalah seperti: Mengetuk pintu tiga kali, jika tidak ada jawaban maka hendaknya ia pergi. Ketukan pun tidak terlalu keras dan memperhatikan jarak ketukan agar tidak mengagetkan, memperkenalkan diri, tidak menghadap ke arah pintu, mengucapkan salam sebelum masuk, menundukkan pandangan, menerima alasan tuan rumah dan tidak berburuk sangka, meminta izin sebelum masuk menemui mahram atau kerabatnya, dan lain sebagainya dari adab-adab meminta izin.

5. Menundukkan Pandangan terhadap Privasi Rumah (Anggota Keluarga).
Apabila seseorang mengunjungi sebuah keluarga di rumah mereka, maka wajib baginya untuk ghadhdhul bashar(menundukkan pandangan) terhadap privasi (hal-hal yang bersifat pribadi) anggota keluarga mereka. Janganlah ia mengumbar pandangannya agar terhindar dari melihat privasi mereka dan janganlah ia mempunyai keinginan untuk melakukan hal tercela tersebut di dalam hatinya. Allah Ta’ala berfirman artinya, “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Mu’min: 19)
Berkaitan dengan tafsir ayat ini, Ibnu ‘Abbas berkata, “Bahwasanya seorang laki-laki masuk kepada ahli bait (tuan rumah), sementara di antara mereka ada seorang wanita yang cantik atau lewat di depannya. Apabila mereka lengah, laki-laki itu pun melihat kepadanya. Jika mereka memperhatikan, maka ia pun menundukkan pandangannya. Jika mereka kembali lengah, laki-laki itu kembali melihatnya dan jika mereka memperhatikan, ia pun kembali menundukkan pandangan. Allah mengetahui isi hatinya bahwa laki-laki tersebut suka seandainya bisa melihat kemaluannya”. (Tafsir Ibnu Katsiir, IV/79-80)
Maka dari itulah, wajib bagi seorang hamba menghiasi dirinya dengan ketakwaan dan muraqabah (merasa diawasi oleh Allah Ta’ala).

6. Hendaknya Seorang Pengunjung Duduk di Tempat yang Telah Diizinkan oleh Tuan Rumah.
Apabila tuan rumah menempatkannya di sebuah kamar atau di tempat duduk tertentu, maka janganlah ia berpindah tempat tanpa seizinnya. Sebab boleh jadi tuan rumah menempatkannya di tempat tertentu tersebut dengan tujuan agar privasi atau aurat mereka tidak tersingkap.
7. Janganlah Meluaskan Pandangan untuk Melihat-lihat Perabot dan Barang-Barang Lain di sekitarnya.
Banyak orang yang merasa risih apabila orang yang mengunjungi melihat-lihat perabot dan barang-barang lain yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi jika ditanyakan kepadanya, “Ini berapa harganya?” atau “Dari mana anda mendapatkannya?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak layak untuk di pertanyakan.
8. Jangan Mengangkat Suara di dalam Rumah.
Hendaknya seorang pengunjung tidak mengangkat suara karena dapat mengganggu orang-orang yang dikunjungi. Dan janganlah mengangkat suara tinggi-tinggi ketika berbicara, berdebat dan lain sebagainya, sehingga orang lain tidak terganggu olehnya. Allah Ta’ala berfirman: “…Dan lunakkanlah suaramu…”(QS. Luqman: 19)

9. Jangan Mencuri Dengar atau Mengintai Tuan Rumah.
Sebagian orang memasang kedua telinganya untuk mendengarkan pembicaraan tuan rumah di kamar sebelah atau pembicaraan mereka dengan keluarganya atau pembicaraan kaum hawa dari penghuni rumah tersebut, dan hal-hal lain yang bersifat rahasia. Perbuatan-perbuatan seperti ini tidaklah sepantasnya dilakukan seorang muslim yang berakhlak mulia. Lebih-lebih jika ia berniat buruk atas perbuatanya tersebut, maka hal itu diharamkan.

10. Tidak Membiarkan Anak-Anaknya Merosakkan Harta di Rumah Orang.
Hendaknya seorang pengunjung tidak membiarkan anak-anaknya bermain-main, merusak dan memecahkan perabotan, menghancurkan barang-barang, memukul anak tuan rumah, serta teriak-teriak atau menjerit. Karena semua itu dapat mengganggu dan membuat mereka keberatan dikunjungi. Bagaimanapun juga bahwa menggangu seorang muslim adalah perkara yang dilarang dalam agama.

11. Tidak Mengimami Tuan Rumah di Rumah Mereka.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa mengunjungi suatu kaum di rumah mereka, maka janganlah ia mengimami mereka, namun hendaknya salah seorang dari mereka (tuan rumah) bertindak sebagai imam”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi dan beliau menshahihkannya). Akan tetapi, apabila mereka mempersilahkan dan mengizinkannya disebabkan ilmu, keutamaan atau umurnya, maka ia boleh menjadi imam, menurut sebagian ahli ilmu.

12. Tidak Berlama-lama Ketika Berkunjung.
Apabila seseorang terbiasa berlama-lama ketika mengunjungi orang lain, maka akan membuat orang yang dikunjungi menjadi bosan, merasa berat, tidak menyukai kunjungannya atau enggan menerima kedatangannya lagi, bahkan bisa jadi dia akan membicarakan tentang keburukan dirinya.

13. Menyuruh kepada yang Ma’ruf dan Mencegah dari yang Mungkar.
Apabila seseorang berkunjung, kemudian melihat kemungkaran di rumah yang ia kunjungi seperti foto-foto atau gambar yang terpajang, patung, atau melihat mereka meninggalkan shalat, mendengarkan lagu-lagu, tidak menutup aurat, atau melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama lainya, maka wajib atasnya menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar sesuai dengan kemampuannya. Janganlah ia merasa malu atau takut untuk melakukannya. Akan tetapi tentunya harus tetap menjaga adab yang baik dengan cara yang penuh hikmah dan mau’izhatil hasanah agar bisa diterima oleh tuan rumah.

14. Tidak Beranjak Pulang kecuali jika telah Diizinkan oleh Tuan Rumah.
Seseorang tidak diperbolehkan beranjak pulang tanpa meminta izin kepada tuan rumah. Atau keluar dari majelis untuk pulang tanpa izin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian mengunjungi saudaranya lalu ia duduk bersamanya, maka janganlah ia bangkit hingga saudaranya tersebut mengizinkannya”. (HR. ad-Dailami). Sebab jika ia bangkit dari majelis tanpa izin, bisa jadi akan tersingkap baginya aurat tuan rumah, dan tentunya hal ini tidak diperbolehkan.

15. Mensyukuri (berterima kasih) kepada Tuan Rumah atas Jamuan Mereka.
Hendaknya seseorang bersyukur atau berterima kasih atas jamuan yang disuguhkan Tuan rumah, khususnya apabila mereka telah menerimanya dengan baik. Sebab barangsiapa tidak mensyukuri manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala. Seseorang harus membalas kebaikan orang lain kepada dirinya atau paling tidak ia mendo’akannya dengan berkata, “Jazaakumullahu Khaira…” (semoga Allah Ta’ala membalasmu dengan kebaikan atas penyambutanmu…) dan lain sebagainya dari ucapan-ucapan yang baik. Wallahu A’lam

Adab Dalam Majlis




Daripada Abu Waqid al-Laitsi r.a berkata, "Rasulullah s.a.w. sedang duduk di masjid bersama orang ramai ketika menyampaikan ceramahnya, tiba-tiba datang tiga orang lelaki. Dua daripada mereka mendatangi Nabi s.a.w., sedang yang seorang lagi terus pergi begitu saja. Seorang daripada mereka mencari-cari ruang yang kosong dalam majlis itu, lalu dia duduk di situ. Dan yang seorang lagi terus duduk di belakang.

Setelah Rasulullah s.a.w. selesai memberikan pengajian, Baginda bersabda yang bermaksud, 'Perhatikanlah, kuberitahukan kepada anda sekalian tentang orang yang bertiga itu. Seorang antaranya mencari tempat di sisi Allah, maka Allah melapangkan tempat baginya. Orang kedua malu-malu maka Allah malu pula padanya. Dan orang yang ketiga jelas berpaling , maka Allah berpaling pula daripadanya."
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Pengajaran yang boleh di ambil :
1.Seorang alim yang menyampaikan kuliahnya hendaklah duduk di tengah-tengah murid-muridnya di tempat yang boleh di lihat dengan jelas oleh semua orang.

 2.Disunatkan duduk dalam masjid untuk muzakarah yang membincangkan tentang ilmu.

 3.Disunatkan membentuk halakah dalam majlis ilmu dan zikir.

 4.Makruh keluar dari dalam masjid ketika sedang berlangsungnya ceramah tanpa alasan yang munasabah.

 5.Disunatkan mendekati orang yang berilmu dalam halakah agar dapat mendengar penerangannya dengan jelas.

 6.Seorang yang ingin bergabung dalam halakah jika melihat ada tempat yang renggang hendaklah ia duduk di tempat tersebut, bukan di belakang para jemaah.

 7.Harus memberi pujian kepada sesaorang yang membuat kebaikan.

 8.Harus menceritakan tentang keburukan yang di lakukan oleh sesaorang secara terang-terangan.

 9.Orang yang terlebih dahulu menduduki suatu tempat dalam majlis ilmu maka jika ia kembali ia lebih berhak untuk duduk di tempat tersebut.

 10.Kita hendaklah mengisi kawasan yang renggang dengan penuh adab tanpa menganggu para hadirin yang sedia ada.

 11.Hendaklah duduk tetap di suatu tempat sehingga selesai pengajian atau ceramah melainkan jika ada keuzuran.

Adab Berjiran




Takrif jiran membawa maksud orang yang tinggal berdekatan dengan kita sama ada di sebelah, depan,mahupun di belakang rumah kita. Apabila kita tinggal berjiran dengan orang lain, kita seharusnya menanamkan semangat berjiran itu bukanlah sebaliknya. Antara adab-adab berjiran adalah:-


1) Menghormati jiran dan berbuat baik kepada mereka. Biarpun jiran kita itu adalah bukan Islam, kita masih dituntut supaya menjaga perhubungan kita dengan mereka. Sabda Rasulullah s.a.w. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah s.w.t. dan hari akhirat, maka hendaklah ia menghormati tetangganya.” Dan di dalam riwayat lain disebutkan, “Hendaklah ia berbuat baik terhadap tetangganya.” (متفق علية ) 

2) Sekiranya mereka pergi atau meninggalkan rumah mereka, peliharalah harta mereka daripada orang-orang yang berbuat jahat contohnya orang yang nak mencuri, simbah minyak ke atau merompak. Sebab, sekiranya kita tak nak bantu mereka dan berlaku sesuatu kepada rumah mereka, tak kan la kita tak kasihankan mereka. Cuba kita fikir, perjalanan hidup kita ini segalanya di atur oleh Yang Maha Kuasa. Kalau suatu hari nanti kita akan lalui perkara yang sama, tak mustahil mereka pun akan balas apa yang kita dah kita lakukan.

 

3) Hidup berjiran mestilah berbaik-baik. Janganlah menimbulkan masalah yang boleh mengganggu jiran contohnya buat bising tengah malam ke, membuang sisa makanan ke rumah mereka atau mengambil tanaman mereka tanpa izin. Islam tidak menggalakkan umatnya berbalah malah menuntut supaya kita bermualah dengan baik. Rasulullah bersabda: “Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya, “Siapa wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “Iaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman kerana perbuatannya.” متفق عليه )

4) Bersedekah lah sesama kamu. Misalnya, di bulan Ramadhan. Kita sesama jiran bertukar2 makanan. Sama-sama mendapat pahala dari Allah s.w.t. Rasulullha s.a.w. bersabda: “Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu.” (Hadis Riwayat Muslim)

5) Apabila kita hidup berjiran, kita bersukacita dengan kebahagiaan mereka, dan apabila mereka dalam kesusahan, kita juga berdukacita aknnya. Lawat dan jenguklah mereka jika mereka sakit.

6) Ikhlas dalam diri sangat penting. Begitu juga apabila dalam melakukan perhubungan sesama manusia. Ikhlaslah dalam segala apa yang kita lakukan. Misalnya, tolong-menolong antara kamu dengan ikhlas tanpa meminta balasan. Sebagaimana Firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa.”(Al-Maidah:2)

7) Sekiranya kita tidak senang dengan tingkah laku jiran kita, maka bersabarlah. Sesungguhnya Allah amat sukakan orang yang bersabar. Rasulullah pernah bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah..disebutkan di antaranya ialah seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hungga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya.”(Hadis Riwayat Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani)

Friday 16 January 2015

Adab Ketika Menuntut Ilmu

Assalamualaikum w.b.t. Di sini saya nak kongsi tentang adab-adab menuntut ilmu yang di petik dari penulisan agung “Ihya’ ‘Ulum al-Din” karangan Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali. Beliau telah membuat satu garis panduan kepada pelajar tentang adab-adab menuntut ilmu. Dalam penulisannya beliau telah mengenalpasti 10 panduan yang boleh dijadikan asas panduan kepada pelajar. Asas-asas ini amat bermanfaat kepada para pelajar dalam proses menuntut ilmu sama ada di peringkat rendah, menengah atau di pengajian tinggi. 

                 Antara panduan-panduan yang digariskan adalah:- 

1)    Yang utama, pelajar hendaklah bersifat ikhlas dalam menuntut ilmu. Sifat ikhlas ini amat penting supaya membersihkan jiwa seseorang daripada bersifat riak dan takabbur sesame manusia. Hakikatnya, mereka yang mempunyai ilmu memiliki jiwa yang bersih yang sentiasa mendekatkan diri kepada Allah s.w.t. Manusia dituntut menguasai ilmu-ilmu agama, namun ilmu-ilmu duniawi juga tidak boleh diabaikan kerana ianya sebahagian daripada fardhu kifayah. Dalam era globalisaisi ini, manusia yang meninggalkan bidang ilmu ini menyebabkan umat Islam khususnya ketinggalan zaman yang serba canggih. Sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Surah al-Mujahadah:11)


 2)    Seorang pelajar perlu menjauhi perkara-perkara yang boleh merosakkan akhlak murni. Ini disebabkan, hal ini amat mudah mendekati orang yang baik budi dan iwa yang tenang. Sekiranya hati pelajar tersebut dicemari dengan unsur-unsur negatif, dia sukar untuk menguasai ilmu yang disampaikan. Hal ini kerana, unsur-unsur sebegini dengan mudah merosakkan kemurniaan hati dan jiwa pelajar tersebut. Oleh yang demikian, secara prinsipnya ialah, ilmu itu bersifat suci. Sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud: “Sesungguhnya orang-orang yang musyriq itu najis” (Surah al-Taubah:28).


 3)    Para pelajar seharusnya tidak terlalu lalai dan alpa dengan hal duniawi yang boleh melalaikan pemikiran daripada menumpukan perhatian terhadap pelajaran. Hal duniawi ini boleh menyebabkan pelajar tidak menunaikan tanggungjawabnya sebagai pelajar malah memalingkan fikirannya dalam usaha menuntut ilmu. Menurut Imam al-Ghazali, “Seseorang itu tidak dapat menguasai ilmu secara sebahagian, melainkan ia memberi perhatian dan tumpuan yang sepenuhnya”.


 4)    Sifat-sifat mazmumah tidak seharusnya ada di dalam diri seorang pelajar. Maka, para pelajar tidak boleh bersifat angkuh, sombong dan bongkak terhadap gurunya. Pelajar wajib mematuhi dan menghormati gurunya demi mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Selain itu, pelajar hendaklah sentiasa menunjukkan sifat rendah diri, berprasangka baik dan membantu guru ketika dalam kesusahan. Dengan ilmu yang dicurahkan oleh guru, pelajar haruslah merasa terhutang budi, memberikan ucapan berterima kasih dan mengharapkan keredhaan atas ilmu tersebut. 


5)    Pada peringkat permulaan, seorang pelajar itu mestilah tekun dalam menuntut ilmu. Jika perlu, dia hendaklah mengelakkan diri dari perselisihan pendapat sesama manusia tentang sesuatu ilmu duniawi mahupun ilmu akhirat. Ini kerana, ia boleh mengelirukan pemikirannya terhadap ilmu yang baru dipelajarinya. Namun begitu, seseorang yang sudah mahir dalam sesuatu bidang, tiada halangan baginya untuk mengkaji dan mendalami perbezaan pendapat terhadap sesuatu ilmu. Hal ini kerana, perbezaan pendapat merupakan salah satu cara dalam penyelidikan ilmu. 


6)    Seseorang pelajar tidak boleh meninggalkan ilmu yang dipelajarinya. Sekiranya dia mampu untuk menuntut ilmu, dia seharusnya mengambil peluang untuk meningkatkan pelajarannya ke tahap yang lebih tinggi. Dan jika sebaliknya, dia haruslah mengetahui perkara asas dan penting dalam ilmu yang dikuasainya mengikut kemampuannya. 


7)    Dalam menuntut ilmu, pelajar tidak perlu memaksa untuk menguasai ilmu secara sekaligus. Tindakan yang bijak adalah dengan menguasai sesuatu ilmu itu mengikut tahap dan peringkat selain berdasarkan tahap kemampuan diri pelajar tersebut. Kemampuan seseorang adalah terbatas oleh beberapa faktor dari segi pengalaman, keadaan semasa dan keupayaan minda seseorang. 


8)    Seseorang itu tidak boleh mencampur adukkan sesuatu ilmu dengan ilmu yang lain sebelum dia menguasai dan mahir dalam ilmu tersebut. Ini kerana tertib dalam ilmu adalah tersusun dan berkait rapat. Justeru itu, sekiranya pelajar itu dapat menguasai sesuatu ilmu dengan tertib, maka ia dapat menguasai konsep ilmu itu dengan baik. Kefahaman terhadap konsep ilmu itu akan lebih sempurna dan konsisten jika ianya dirancang dan disusun dengan sempurna. 


9)    Setiap apa yang dilakukan semestinya ada objektif dan motifnya. Dalam menuntut ilmu, para pelajar perlu mengetahui hakikat dan objektif ilmu yang dipelajari. Ia bertujuan untuk menilai faedah ilmu tersebut kepada pelajar supaya ilmu tersebut dapat diaplikasi dalam kehidupan dan memberi manffat kepada masyarakat. Apa yang lebih penting, ilmu yang dituntut itu mestilah tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan membawa kemudaratan kepada umat manusia. 


10) Para pelajar hendaklah mengetahui kaitan sesuatu ilmu yang dipelajari supaya dia mendahulukan ilmu yang utama daripada ilmu sampingan. Keutamaan ilmu itu amat penting kerana ia dapat mengukuhkan pemahaman pelajar tentang sesuatu perkara.


Diharap kita semua dapat mengamalkan etika tersebut dalam menuntut ilmu supaya lebih diberkati dan diredhai olehNya. Ameen...

Friday 9 January 2015

Tujuan Mempelajari Akhlak

Holla..hehe..salamu alaikum…anihaseyo.…

anyohaseyo..
Tajuk hari ini adalah tujuan mempelajari akhlak..hah..say it again please.. ya, tujuan mempelajari akhlak..kenapa tak percaya ke?? Ada orang tanya..” Penting sangat ke belajar akhlak ni?”… Bagus!! Soalan yang sungguh hebat lagi mantap..
Soalan yang sama tetapi dengan nada yang berbeza..Mungkin orang pertama itu lebih excited mahu tahu jawapannya..tetapi orang yang kedua pula, munkin hanya ambil lewa..<moga Allah membuka hati2 kita untuk menerima ilmuNya..>
gambar tiada kena mengena dengan tajuk..hehe
Okay, mari kita start to explore tujuan kita pada hari ini..iaitu tujuan mempelajari akhlak..kenapa pula harus belajar akhlak..?..apa faedah yang kita perolehi dengan mempelajari akhlak?..fuyoo..banyaknya soalan..excited ni nak tahu..cepat..cepat..
Akhlak Jambatan Ke Syurga
Baik tuan,puan,adik,akak,abang..sabar..sabar..sebelum itu, mari kita..buka hati..ikhlaskan diri..insya Allah ilmu senang nak menyerap ke sanubari..
Tujuan yang pertama ialah…
  1. Kerana akhlaklah Nabi saw diutus..= Jangan terkejut apalagi hairan ye..! Nabi saw sendiri bersabda;
Macam terkejut je..kenapa tak percaya? Rasulullah saw diutus kerana akhlak.. Apakah masuk akal jika dikatakan bahawa tujuan utama utusnya Nabi berkaitan akhlak?haruslah masuk akal…cuba baca hadith di atas sekali lagi…
Ketahuilah tiada rahmat bagi seluruh alam kecuali dengan akhlak!
Saya yakin mesti anda nak tanya macam ini kan..” Bukankah ibadah lebih didahulukan? “Anda nak kata yang ibadah lebih utama dari akhlak…
Okay..bagi saya kata pulak..menurut buku Amru Khalid; Memperbaiki Kemulian Diri, Menggilap Kemurnian Hati..penulis mengatakan bahawa solat, puasa, zakat,haji,zikir dan semua yang lain2 adalah akhlak!
rindunya kat cik abang...
Sesungguhnya akhlak lebih aula (utama dalam bahasa arab) daripada lahiriah ibadah, kerana tujuan utama sesuatu ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika tidak dikhuatirkan seluruh aktiviti ibadah menjadi ‘sia-sia’…Astaghfirullah…
Amacam okay dah..faham sudah..Alhamdulillah..bijak!!bijak!! hehe..
fening.....fening....
Apa kaitan antara solat dengan akhlak..zakat dengan akhlak..?? Fening..fening.. Jangan pening2..nak tahu..jangan lupa jenguk ke entry yang akan datang.. in shaa Allah..Salam sayang…

Kehormatan diri kita sebagai wanita


Assalamualaikum dan salam sejahtera..

Pada kali ini saya akan menerangkan tentang kehormatan diri wanita yang telah dituntut oleh Nabi Muhammad s.a.w untuk dijaga.. Perkara menjaga kehormatan diri ini merupakan permintaan harian Rasulullah s.a.w terhadap umat islam.Kehormatan diri ini merupakan maruah diri seseorang dengan menjauhkan perkara-perkara keji dan mungkar dan memelihara kemaluannya.contoh perkara keji dan mungkar ialah judi, arak, rasuah , gejala seksual dan sebagainya.Kehormatan diri ini bukan hanya terhadap wanita tetapi lelaki juga diperintahkan untuk memelihara kehormatan diri. Namun pada hari ini saya ingin menyentuh hanya mengenai wanita sahaja.

Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud : “Apabila seorang wanita (isteri) itu telah melakukan sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga maruahnya dan mentaati perintah suaminya, maka ia dijemput di akhirat supaya masuk Syurga mengikut pintunya mana yang ia suka (mengikut pilihannya).”
(Hadis Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani)

Menurut hadis di atas, dijelaskan kepada kita, syarat bagi wanita yang dapat memasuki syurga Allah kelak iaitu :-





  1. Melakukan solat 5 waktu
  2. Berpuasa di Bulan Ramadhan
  3. Mentaati perintah Suami
  4. Menjaga maruah

Apa yang saya nak fokuskan disini ialah syarat keempat iaitu Menjaga Maruah.

Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud :”Sesungguhnya dunia dan seluruh isinya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita yang solehah.”(Hadis Riwayat Muslim)

Ustazah Norhafizah Musa pernah mengajar kita suatu doa yang boleh kita amalkan dalam kehidupan kita iaitu

  1. Doa Rasulullah s.a.w : Allahummainni Asalukalhuda wattuqa walaffafa wal qina

    " Ya Allah, Aku memohon kepadamu petunjuk, kemampuan bagi menjaga kehormatan diri dan rezeki yang cukup"
  2. Allahumma tohir banati wa banati muslimin bima toharta maryam waqsim awladi waauladal muslimin bima asim tabihi yusuf

    " Ya Allah sucikanlah anak perempuanku dan anak-anak perempuan orang muslimin selainnya seperti mana Kau telah sucikan Maryam dan lindungilah, peliharalah anak lelakiku dan anak lelaki muslimin seluruhnya seperti mana Kau telah lindungi maruah Yusuf."
  3. Allahummah dihim bissolihil aqmal wal ahwa wal akhlak fainnahu la yahdihil solihah laillahailla anta wasrif anhum saiyiaha la yasrifu sayiaha illa anta.

    " Ya Allah Ya Tuhanku, berikanlah petunjuk kepada mereka yakni anak-anakku untuk mereka melakukan sebaik-baik amalan,  untuk mereka mampu mengurus dan membimbing nafsu mereka, untuk mereka berakhlak dengan akhlak yang baik, tidak ada yang boleh menuntut kepada kebaikan tersebut melainkan Engkau Ya Allah dan tolong jauhkan mereka yakni anak-anak kami daripada segala keburukan dan tidak ada yang menjauhkan dari keburukan kecuali Engkau Ya Allah."
  4. Robbana atina fiddunia hasanah wafil' akhiroti hasanah waqina azabannar
  5. Allahummainni as'aluka minal bikhoiri kullihi ajilihi wa ajilihi ma alimnana min hu wala lam yaqlam a'uzubikamin syarikullihi ajilihi wa ajilihi ma alimna min hu wama'lam yaqlam

    "Ya Allah aku bermohon untuk dapat segala kebaikan, yang cepat, yang lambat, yang aku tahu ataupun yang aku tidak tahu kerana Allah maha mengetahui dan aku berlindung daripada segala keburukan, yang dekat, yang jauh, yang cepat, yang lamba,t yang aku tahu ,yang aku tidak tahu."
Rasulullah s.a.w pernah membaiah hindun semasa hindun masuk dalam islam iaitu
  1. Tidak akan menyekutukan Allah dengan apa-apa jua pon
  2. Tidak akan mencuri
  3. Tidak akan melakukan perbuatan zina
Bagaimana wanita solehah menjaga maruah?
  • wanita yang mempunyai sifat-sifat terpuji yang boleh melindungi dirinya dari kemurkaan Allah s.w.t
  • bila keluar rumah menutup aurat dan menjaga perhiasan diri
  • tidak bersolek berlebih-lebihan dan berwangi-wangian kecuali dengan suami
  • menjaga pergaulan dan menundukkan pandangan
  • menjaga lidah dan tidak mengumpat
  • seorang wanita yang berilmu dan sentiasa mendalami ilmu islam dan mengkaji tafsir Al-Quran dan hadis.
  • sentiasa membaca Al-Quran, berzikir kepada Allah
  • berdoa sehingga menitiskan air mata keinsafan.
Lelaki yang tidak menjaga aurat atau tidak menjaga kehormatan diri wanita dalam ahli keluarganya maka dia seorang yang dayus.

Adab apabila ingin masuk ke bilik wanita @ bilik persalinan wanita, seseorang lelaki perlulah mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk ke bilik bagi menjaga aurat wanita tersebut.

Adab memasuki bilik ibubapa, anak-anak tidak boleh masuk ke bilik ibubapa pada 3 waktu iaitu, sebelum subuh, waktu tengah hari dan selepas isyak, jika nak masuk jugak, kena mintak izin untuk masuk untuk menjaga aurat ibu bapa.

Cara untuk teguhkan pendirian @ istiqhamah dengan penghijrahan seseorang :-
- cari ilmu yang berterusan
- cara kehormatan diri
- jaga diri sewaktu berseorangan
- berhijrah dengan yakin
- cari sahabat yang soleh- solehah
- sentiasa pergi ke kuliah ilmu
- berdoalah kepada Allah

Bagi yang belum bersedia untuk berhijrah, bersiap sedialah untuk berubah..

kerana menjaga aurat ini bukan suatu hidayah tetapi suatu kewajipan yang Allah suruh kerana Allah tidak pernah sia-siakan manusia atas suatu keperluan.

Ada 3 orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan Allah tidak akan sucikan mereka dan Allah tidak akan pandang mereka dan untuk mereka azab yang sangat pedih :-
  1. Orang tua yang berzina
  2. Pemimpin yang berdusta
  3. Orang miskin yang sombong


Dengan sedikit ilmu yang dikongsikan ini yang saya perolehi dari ceramah Ustazah NorHafizah Musa ini dapat membuatkan kita sedikit sebanyak berasa insaf dengan apa yang berlaku dalam kehidupan seharian kita. InsyaAllah..amin.